POTENSI WILAYAH DAN KUALITAS PENDUDUK DI BEKASI
Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Nama Bekasi berasal dari kata bagasasi yang artinya sama dengan candrabaga yang tertulis di dalam Prasasti Tugu era Kerajaan Tarumanegara, yaitu nama sungai yang melewati kota ini. Kota ini merupakan bagian dari megapolitan Jabodetabek dan menjadi kota satelit dengan jumlah penduduk terbanyak se-Indonesia. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri.  Jumlah penduduk Kota Bekasi saat ini lebih dari 2,2 juta jiwa yang tersebar di 12 kecamatan, yaitu Kecamatan Pondok Gede, Jati Sampurna, Jati Asih, Bantar Gebang, Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Medan Satria, Bekasi Utara, Mustika Jaya, Pondok Melati. Dari total luas wilayahnya, lebih dari 50% sudah menjadi kawasan efektif perkotaan dengan 90% kawasan perumahan, 4% kawasan industri, 3% kawasan perdagangan, dan sisanya untuk bangunan lainnya.
Berdasarkan sensus tahun 2010, kecamatan Bekasi Utara merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kota Bekasi, yakni sebesar 12.237 jiwa/km² dan kecamatan Bantar Gebang dengan kepadatan 4.310 jiwa/km² menjadi yang terendah. Sementara pencari kerja di kota ini didominasi oleh tamatan SMA atau sederajat, yakni sekitar 65,6% dari total pencari kerja terdaftar. Sebagai kawasan hunian masyarakat urban, Bekasi banyak membangun kota-kota mandiri, di antaranya Kota Harapan Indah, Kemang Pratama, dan Galaxi City. Selain itu pengembang Sumarrecon Agung juga sedang membangun kota mandiri Summarecon Bekasi seluas 240 ha di kecamatan Bekasi Utara. Seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah ke atas, Bekasi juga gencar melakukan pembangunan apartemen dan pusat perbelanjaan mewah.
Sedangkan penduduk di Bekasi tahun 2016 berjumlah 2.803. 283 jiwa. Jika angka pertumbuhan penduduk ini tidak ditekan, maka dimungkinkan tahun 2020 dapat menembus angka 3 juta. Banyak faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ini, antara lain angka kelahiran dan kematian yang telah dipaparkan. Pada tahun 2016 saja, jumlah kelahiran mencapai 16 ribu lebih, sedangkan angka kematian kurang dari 2 ribu. Hal ini dapat memicu banyak masalah, diantaranya:
1. Persaingan tempat tinggal atau pemukiman
Dengan kepadatan penduduk yang terjadi, maka masyarakat akan mengalami persaingan yang sulit untuk bermukim. Hal ini juga dapat memicu berdirinya pemukiman kumuh atau liar, yakni pemukiman yang dibangun secara ilegal atau tidak pada tempatnya. Mereka akan asal menempati tempat tersebut, dengan motif untuk tempat beristirahat dan menjadikan kawasan tersebut kotor. 
2. Persaingan kerja
Karena semua orang membutuhkan pekerjaan, jumlah penduduk yang terlalu banyak tentu akan mempersulit untuk mendapat pekerjaan di kota yang sudah padat. Masalah baru lainnya juga akan muncul, seperti kriminalitas merajalela dan tingginya angka pengangguran. Hal ini tentu saja dikarenakan persaingan mencari kerja yang tidak mudah. Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham, Susi Silawati, mengatakan Bekasi adalah kota dengan tingkat kriminalitas tertinggi se-Jawa Barat.
3. Ketertiban dan kebersihan tidak terkontrol
Akibat adanya ledakan penduduk, ketertiban dan kebersihan kota menjadi tidak terkontol atau kurang terawasi. Ketersediaan air bersih dapat berkurang, karena penduduk sama-sama berusaha untuk mendapatkan air bersih. Hal seperti ini dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama yang mau-tidak mau menggunakan air kotor. Masalah lainnya yakni kemacetan akan bertambah dibarengi polusi udara dari pengguna kendaraan. Sebagai kota yang padat penduduk, maka hasil limbah atau sampah tentu juga akan banyak. Hal ini dapat memicu penduduk membuang sampah sembarangan, karena keterbatasan tempat sampah, dan menjadikan kawasan tersebut tidak tertib. 
4. Hedonisme dan konsumtif
Sebagai kota megapolitan, tidak jarang kita bisa menemui pusat perbelanjaan mewah di Bekasi. Hal ini tentu saja menjadikan penduduk suka bersenang-senang dan menghambur-hamburkan uang yang tidak semestinya. 
Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, dibutuhkan solusi dari setiap masalah yang terjadi. Kebijakan pemerintah setempat juga harus diperhitungkan. Beberapa solusi yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut
1. Program KB
Dengan adanya program keluarga berencana, diharapkan penduduk dapat mencegah kepadatan penduduk dengan membatasi jumlah anak pada keluarganya masing-masing.
2. Transmigrasi
Menangani kepadatan penduduk bisa juga dengan memperkuat program transmigrasi. Hal ini dapat dibantu dengan mendirikan infrastruktur memadai di kota atau kabupaten yang jumlah penduduknya rendah, sehingga menarik masyarakat untuk ke wilayah baru tersebut.
3. Kualitas Pendidikan & Tenaga Kerja
Pendidikan yang bermutu dan berkualitas dapat mengurangi angka kemiskinan atau kriminalitas bagi penduduk, dan juga akan menciptakan tenaga kerja ahli. Memperluas lapangan pekerjaan juga sudah seyogyanya dilakukan, dapat dengan mendirikan UKM (Usaha Kecil Menengah), industri-industri baru, dan sebagainya, agar penduduk bisa hidup dengan layak.
4. Penyuluhan
Cara terakhir yang bisa dilakukan dengan mudah adalah dengan saling mengingatkan atau memberi penyuluhan kepada sesama. Penyuluhan dapat dilakukan kapan saja. Memberi penyuluhan sama saja seperti menghimbau masyarakat, misalnya untuk lebih tertib atau tidak bersifat konsumtif.
"Laju pertumbuhan itu seperti deret ukur, dan laju pertumbuhan pangan seperti deret hitung" - Thomas Robert Maltus
 Contoh foto kemacetan di Bekasi
 Bekasi adalah kota dengan 'sejuta' pusat belanja 
(dalam gambar: Mal Metropolitan)



Komentar
Posting Komentar